Selasa, 13 Juni 2017

Quantum Teaching dan Quantum Learning dalam Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Istilah Quantum, pada awalnya hanya digunakan oleh pakar fisika modern menjelang abad 20, kemudian berkembang secara luas merambat kebidang-bidang kehidupan manusia lainnya. Dalam bidang pendidikan, muncul konsep belajar Quantum yang berupaya untuk meningkatkan proses pembelajaran, baik yang bersifat individual maupun kelompok. Saat ini mulai dirasakan bahwa kehidupan individu dan organisasi bisnis atau sosial sedang menghadapi tantangan global, yakni perubahan besar-besaran dalam musik seluruh aspek misalnya sekolahan.
Sekolah pada dasarnya bukan untuk mencari skor tetapi sekolah itu belajar untuk kehidupan bahkan hidup kita sendiri. Sekolah pada waktu itu adalah suatu kegiatan belajar yang menyenangkan  dan mengasyikkan karena mereka dapat memproleh berbagai hal yang ingin mereka ketahui. Bila kita melihat kondisi saat ini sekolah masih di anggap suatu aktifitas yang mengasyikkan justru diluar jam pelajaran, tetapi bila didalam kelas mereka merasa terbebani. Hal ini tampak dari sorak sorai siswa bila mereka mendengar pengumuman pulang pagi ada rapat guru, wajah mereka berseri-berseri seakan terbebas dari belenggu yang menjerat lehernya.
Seiiring perkembangan zaman dunia pendidikan juga memerlukan berbagai inovasi, hal ini penting dilakukan untuk kemajuan kualitas pendidikan, tidak hanya pada tataran teori tetapi sudah bisa diarahkan kepada hal-hal yang bersifat praktis. Diakui atau tidak walau belum ada penelitian khusus tentang pembelajaran, banyak yang merasa musik pendidikan terutama proses belajar mengajar sangat membosankan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian Quantum Teaching?
2.      Apakah azas utama Quantum Teaching?
3.      Apa sajakah prinsip-prinsip Quantum Teaching?
4.      Bagaimana model Quantum Teaching?
5.      Apakah pengertian Quantum Learning?
6.      Bagaimanakah belajar tentang cara belajar dalam Quantum Learning?
7.      Bagaimanakah cara menemukan gaya belajar dalam Quantum Learning?
8.      Bagaimanakah cara berfikir kreatif dalam Quantum Learning?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian Quantum Teaching.
2.      Untuk mengetahui azas utama Quantum Teaching.
3.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip Quantum Teaching.
4.      Untuk mengetahui model Quantum Teaching.
5.      Untuk mengetahui pengertian Quantum Learning.
6.      Untuk mengetahui belajar tentang cara belajar dalam Quantum Learning.
7.      Untuk mengetahui cara menemukan gaya belajar dalam Quantum Learning.
8.      Untuk mengetahui cara berfikir kreatif dalam Quantum Learning.









BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Quantum Teaching
Quantum Teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Dan Quantum Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka belajar. Quantum Teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar.[1]
Kata quantum memiliki arti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi (mencakup unsur-unsur belajar efektif yang memengaruhi kesuksesan siswa) yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.
B.     Azas Utama Quantum Teaching
Quantum teaching bersandar pada konsep “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkanlah dunia mereka ke dunia kita.” Artinya: mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama untuk mendapatkan hal mengajar.
Belajar melibatkan semua aspek kepribadian manusia. pikiran, perasaan dan bahasa tubuh di samping pengetahuan, sikap dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Dengan demikian hak untuk memudahkan belajar tersebut harus diberi oleh pelajar dan diraih oleh guru.
Jadi masukilah dunia mereka. Karena tindakan ini akan memberikan izin untuk memimpin dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan lebih luas. Caranya adalah dengan mengaitkan apa yang diajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, music, seni, reaksi atau akademis mereka.
Setelah kaitan itu terbentuk, kita dapat membawa mereka ke dunia kita dan memberikan mereka pemahaman kita mengenai isi dunia itu. di sinilah kosa kata baru, model mental, rumus dan lain-lain dibeberkan.
Dengan demikian siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkan pada situasi yang baru.
C.    Prinsip-Prinsip Quantum Teaching
Quantum Teaching juga memiliki lima prinsip, atau kebenaran tetap, serupa dengan asas utama. Prinsip ini mempengaruhi seluruh aspek Quantum Teaching, anggaplah prinsip-prinsip ini sebagai chord dasar dari simfoni belajar kita. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1.      Segalanya bicara
2.      Segalanya bertujuan
3.      Pengalaman sebelum pemberian nama
4.      Akui setiap usaha
5.      Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan
D.    Model Quantum Teaching
Model quantum teaching hampir sama dengan sebuah simfni yang terdiri dari dua unsur yaitu: konteks dan isi.
Konteks adalah latar untuk pengalaman kita. Konteks merupakan keakraban ruang orchestra itu sendiri (lingkungan), semanagat konduktor dan para pemain musiknya (suasana) keseimbangan instrument dan musisi dalam bekerja sama, (landasan) dengan interpretasi sang maestro terhadap lembaran musik (rancangan). Unsur-unsur ini berpadu dan kemudian menciptakan pengalaman bermusik yang menyeluruh.
Dalam seksi konteks, kita akan menemukan semua bagian yang kita butuhkan untuk mengubah:
1.      Suasana yang memberdayakan
2.      Landasan yang kukuh
3.      Lingkungan yang mendukung
4.      Rancangan belajar yang dinamis
Isi, anggaplah lembaran musik itu sendiri sebagai isi, not-not nyata pada sebuah halaman. Salah satu unsur isi adalah bagaimana tiap frasa musik dimainkan (penyajian). Isi juga meliputi fasilitas ahli sang maestro terhadap orchestra, memanfaatkan bakat setiap pemain musik dan potensi setiap instrumen.[2]
Dalam seksi isi, kita akan menemukan ketrampilan penyampaian untuk kurikulum apapun, disamping strategi yang dibutuhkan siswa untuk bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari:
1.      Penyajian yang prima
2.      Fasilitasi yang luwes
3.      Ketrampilan belajar untuk belajar
4.      Ketrampilan hidup

E.     Pengertian Quantum Learning
Quantum Learning yaitu proses pembelajaran yang akrab dan menyenangkan. Oleh karena itu  pembelajaran semacam ini sangat memerlukan guru yang mempunyai sifat peramah, bukan pemarah. Quantum learning juga mensyaratkan  bahwa seseorang guru itu haruslah “pleasant to look” (sedap dipandang). Ini tidak berarti bahwa seorang guru itu harus tampan dan cantik. Perasan sedap dipandang ini akan membawa pengaruh positif terhadap perasaan siswa, misalnya mereka akan merasa betah berada di dalam kelas, walaupun pelajaran guru tersebut sudah usai.[3]
Quantum Learning juga mengandung arti Quick dan Quantity (cepat dan berkualitas). Bahwasanya proses pembelajaran itu berlangsung cepat sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan, namun tetap mencapai sasaran dan tujuan. Pembelajaran yang cepat dan berkualitas ini sangatlah memerlukan dukungan media pembelajaran, seperti OHP, gambar, video, CD player, dan sebagainya.

F.     Belajar tentang Cara Belajar
Sekolah bisnis Burklyn didirikan pada tahun 1970, di Burklyn, Burke Timur, Vermont, sebuah seklah dimana orang-orang bisnis tidak belajar banyak tentang teori dan praktik, tetapi mereka juga membangun rasa percaya diri, merasa lebih berhasil dalam hidup mereka dan bergembira. Sekolah bisnis yang memperkuat tubuh dan memperkaya jiwa sekaligus mendidik pikiran.
Hal yang paling berharga dalam belajar adalah bagaimana cara belajar, dengan alasan inilah maka minggu pertama dari kurikulum, enam minggu digunakan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan belajar yang mendasar seperti cara mencatat, menghafal, dan membaca cepat.
1.      Strategi Quantum Learning
            Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur.[4]
            Quantum Learning  berakar dari upaya Dr. George Lozanov, seorang pendidik kebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebut sebagai SUGGESTOLORY atau SUGGESTOPEDIA.
            Prinsipnya adalah sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif.
            Teknik untuk memeberikan sugesti positif adalah mendudukkkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan prestasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugesti.
            Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan suggestology adalah pemercepat belajar, adalah “memungkinkan siswa untuk belajar dengan upaya yang mengesankan dengan upaya yang normal.” Dan dibarengi kegembiraan quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi.
            Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan aliran pengertian antara siswa dan guru.
            Tubuh kita secara fisik adalah materi, sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energy cahaya.
            Quantum Learning menggabungkan suggestology, teknik pemercepat belajar dan neurolinguistik dengan teori keyakinan, termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti:
1.      Teori otak kanan/kiri
2.      Pilihan modalitas (visual, audiotorial, dan kinestik)
3.      Teori kecerdasan ganda
4.      Pendidikan holistik
5.      Belajar berdasarkan pengalaman
6.      Belajar dengan simbol
7.      Simulasi/permainan[5]

2.      AMBAK dan Quantum Learning
AMBAK adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan. AMBAK merupakan singkatan dari “Apa Manfaat BAgiKu?”
Dalam banyak situasi, menemukan AMBAK sama saja dengan menciptakan minat dalam apa yang sedang dipelajari dengan menghubungkannya  dengan dunia nyata. Siswa selalu dapat menemukan sesuatu yang menarik baginya. Peluangnya adalah bahwa siswa sudah termotivasi mempelajari suatu informasi untuk beberapa alasan.
AMBAK motivasi itu benar-benar bersifat pribadi bagi setiap orang yang membaca buku. Tetapi harus memutuskan bahwa manfaatnya lebih besar daripada waktu dan energi yang dikeluarkan dan waktu serta energy sangat penting untuk menjadi seorang pelajar quantum. Mula-mula harus membuat komitmen untuk membuka diri terhadap teknik-teknik dan latihan-latihan dalam buku yang dibaca dan mempraktikkanya dengan niat untuk menjadikannya bagian dari hidup. Secara keseluruhan, apapun tujuan khususnya, AMBAK untuk membaca buku haruslah “karena buku ini bermanfaat bagiku”.[6]
G.    Menemukan Gaya Belajar
Gaya belajar kita adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika kita menyadari bagaimana kita dan orang lain menyerap dan mengolah informasi kita dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah dengan gaya kita.
Cara belajar kita merupakan hasil dari kombinasi bagaimana kita menyerap lalu mengatur dan mengolah informasi.
Isyarat verbal (Visual, Auditorial, dan Kinestetik) dapat membantu kita dalam menentukan modalitas belajar kita, agar dalam menentukan modalitas belajar terbaik kita tidak salah arah, maka perlu mengetahui terlebih dahulu karakteristik-karakteristik pada masing-masing isyarat verbal tersebut, apa kita atau seseorang itu masuk pada golongan visual, auditorial, dan kinestetik.
Setelah mengetahui apakah kita termasuk orang visual, auditorial atau kinestetik selanjutnya adalah bagaimana kita mengolah informasi.
Sistem identifikasi V_A_K membedakan kita memperoleh informasi. Antony Gregpore, professor dibidang kurikulum dan pengajaran menyimpulkan adanya dua kombinasi otak, yaitu:
1.      Persepsi konkrit dan abstrak
2.      Kemampuan pengaturan secara skuensial (linear) dan acak (nonlinear)
Ini dapat dipadukan menjadi empat kombinasi kelompok perilaku yang disebut gaya berpikir kita. Gregpore menyebut gaya-gaya ini dengan sebutan: skuensial konkret, skuensial abstrak, acak konkret dan acak abstrak. Orang yang masuk dalam dua kategori “skuensial” cenderung memiliki otak kiri sedangkan orang yang berpikir secara “acak” biasanya termasuk dalam kombinasi otak kanan.
1.      Pemikir Skuensial Konkret (SK)
Bagi para SK, realitas terdiri dari apa yang dapat mereka ketahui melalui indera fisik mereka, yaitu indera penglihatan, perabaan, pendengaran, perasaan dan penciuman. Mereka memerhatikan dan mengingat realitas dengan mudah dan mengingat fakta-fakta informasi rumus-rumus dan aturan-aturan khusus dengan mudah. Makalah adalah baik bagi orang-orang ini untuk belajar.
Pemikir SK memperhatikan dan mengingat detail dengan lebih mudah, mengatur tugas dalam proses tahap demi tahap, berusaha mencapai kesempurnaan.[7]
2.      Pemikir Acak Konkret (AK)
Pemikir AK mempunyai sikap eksperimental yang diiringi dengan perilaku yang kurang terstruktur. Mereka berdasarkan pada kenyataan, tapi ingin melakukan pendekatan coba salah (trial and error).
Mereka mempunyai dorongan kuat untuk menemukan alternatif dan mengerjakan segala sesuatu dengan cara mereka sendiri, waktu bukanlah segala prioritas bagi orang-orang AK. Mereka lebih terorientasi pada proses daripada hasil. Akibatnya proyek-proyek sering kali tidak berjalan sesuai dengan yang mereka rencanakan karena kemungkinan-kemungkinan yang muncul dan yang mengundang eksplorasi selama proses.
3.      Pemikir Acak Abstrak (AA)
Dunia nyata untuk pemikir AA adalah dunia perasaan dan emosi. Mereka tertarik pada nuansa dan sebagian lagi cenderung pada mistisme. Pikiran AA menyerap ide-ide, informasi dan kesan serta mengaturnya dengan refleksi. Mereka mengingat dengan sangat baik jika informasi dipersonifikasi. Perasaan juga dapat lebih meningkatkan atau memengaruhi belajar mereka.
Pemikir AA mengalami peristiwa secara holistik, mereka perlu melihat keseluruhan gambar sekaligus. Dengan alasan inilah mereka akan terbantu jika mengetahui bagaimana segala sesuatu terhubung dengan keseluruhannya sebelum ke dalam detail.


4.      Pemikir Sekuensial Abstrak (SA)
Realitas bagi para pemikir SA adalah dunia teori metafisis dan pemikiran abstrak. Mereka suka berpikir dalam konsep dan menganalisis informasi. Pemikir SA berpikir dalam konsep dan menganalisis informasi. Mereka adalah para filosof dan ilmuwan peneliti ternama.[8]
H.    Berpikir Kreatif
Orang berpikir selalu akan ingin tahu, ingin mencoba-coba, berpetualang suka bermain-main, serta intuitif dan setiap orang mempunyai potensi untuk menjadi orang kreatif.
Orang kreatif menggunakan pengetahuan yang dimiliki dan pengetahuan orang lain kemudian memperkuat terobosan/lompatan yang memungkinkan mereka memandang segala sesuatu dengan cara yang baru yang belum mereka alami sebelumnya. Dengan demikian, diperlukan kemampuan menyerap informasi baru kemudian tampil dengan solusi-solusi untuk berbagai tantangan.[9]








BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Quantum Teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Dan Quantum Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka belajar. Quantum Teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar.
Quantum Learning yaitu proses pembelajaran yang akrab dan menyenangkan. Oleh karena itu  pembelajaran semacam ini sangat memerlukan guru yang mempunyai sifat peramah, bukan pemarah. Quantum learning juga mensyaratkan  bahwa seseorang guru itu haruslah “pleasant to look” (sedap dipandang). Ini tidak berarti bahwa seorang guru itu harus tampan dan cantik. Perasan sedap dipandang ini akan membawa pengaruh positif terhadap perasaan siswa, misalnya mereka akan merasa betah berada di dalam kelas, walaupun pelajaran guru tersebut sudah usai.







DAFTAR PUSTAKA
Bobby DePorter Dkk. Quantum Teaching: Orchestrating Student Succes. Bandung: Mizan Pustaka. 1999.
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki. Quantum Learning. Bandung: Penerbit                Kaifa. 1999.
Yatim Riyanto. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2009.
Zainal Aqib. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Percetakan Insan Cendekia. 2002.