BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Istilah
Quantum, pada awalnya hanya digunakan oleh pakar fisika modern menjelang abad
20, kemudian berkembang secara luas merambat kebidang-bidang kehidupan manusia
lainnya. Dalam bidang pendidikan, muncul konsep belajar Quantum yang berupaya
untuk meningkatkan proses pembelajaran, baik yang bersifat individual maupun
kelompok. Saat ini mulai dirasakan bahwa kehidupan individu dan organisasi
bisnis atau sosial sedang menghadapi tantangan global, yakni perubahan
besar-besaran dalam musik seluruh aspek misalnya sekolahan.
Sekolah pada
dasarnya bukan untuk mencari skor tetapi sekolah itu belajar untuk kehidupan
bahkan hidup kita sendiri. Sekolah pada waktu itu adalah suatu kegiatan belajar
yang menyenangkan dan mengasyikkan
karena mereka dapat memproleh berbagai hal yang ingin mereka ketahui. Bila kita
melihat kondisi saat ini sekolah masih di anggap suatu aktifitas yang
mengasyikkan justru diluar jam pelajaran, tetapi bila didalam kelas mereka
merasa terbebani. Hal ini tampak dari sorak sorai siswa bila mereka mendengar
pengumuman pulang pagi ada rapat guru, wajah mereka berseri-berseri seakan
terbebas dari belenggu yang menjerat lehernya.
Seiiring
perkembangan zaman dunia pendidikan juga memerlukan berbagai inovasi, hal ini
penting dilakukan untuk kemajuan kualitas pendidikan, tidak hanya pada tataran
teori tetapi sudah bisa diarahkan kepada hal-hal yang bersifat praktis. Diakui
atau tidak walau belum ada penelitian khusus tentang pembelajaran, banyak yang
merasa musik pendidikan terutama proses belajar mengajar sangat membosankan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah
pengertian Quantum Teaching?
2.
Apakah
azas utama Quantum Teaching?
3.
Apa
sajakah prinsip-prinsip Quantum Teaching?
4.
Bagaimana
model Quantum Teaching?
5.
Apakah
pengertian Quantum Learning?
6.
Bagaimanakah
belajar tentang cara belajar dalam Quantum
Learning?
7.
Bagaimanakah
cara menemukan gaya belajar dalam Quantum
Learning?
8.
Bagaimanakah
cara berfikir kreatif dalam Quantum Learning?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian Quantum Teaching.
2.
Untuk
mengetahui azas utama Quantum Teaching.
3.
Untuk
mengetahui prinsip-prinsip Quantum
Teaching.
4.
Untuk
mengetahui model Quantum Teaching.
5.
Untuk
mengetahui pengertian Quantum Learning.
6.
Untuk
mengetahui belajar tentang cara belajar dalam Quantum Learning.
7.
Untuk
mengetahui cara menemukan gaya belajar dalam Quantum Learning.
8.
Untuk
mengetahui cara berfikir kreatif dalam Quantum
Learning.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Quantum Teaching
Quantum
Teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya.
Dan Quantum Teaching juga menyertakan
segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan
dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka
belajar. Quantum Teaching mencakup
petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang
kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar.[1]
Kata
quantum memiliki arti interaksi yang
mengubah energi menjadi cahaya. Quantum
Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi (mencakup unsur-unsur
belajar efektif yang memengaruhi kesuksesan siswa) yang ada di dalam dan di
sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat
alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi
orang lain.
B.
Azas
Utama Quantum Teaching
Quantum teaching bersandar
pada konsep “Bawalah dunia mereka ke
dunia kita, dan antarkanlah dunia mereka ke dunia kita.” Artinya:
mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama
untuk mendapatkan hal mengajar.
Belajar
melibatkan semua aspek kepribadian manusia. pikiran, perasaan dan bahasa tubuh
di samping pengetahuan, sikap dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa
mendatang. Dengan demikian hak untuk memudahkan belajar tersebut harus diberi
oleh pelajar dan diraih oleh guru.
Jadi
masukilah dunia mereka. Karena tindakan ini akan memberikan izin untuk memimpin
dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan lebih
luas. Caranya adalah dengan mengaitkan apa yang diajarkan dengan sebuah
peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial,
atletik, music, seni, reaksi atau akademis mereka.
Setelah
kaitan itu terbentuk, kita dapat membawa mereka ke dunia kita dan memberikan
mereka pemahaman kita mengenai isi dunia itu. di sinilah kosa kata baru, model
mental, rumus dan lain-lain dibeberkan.
Dengan
demikian siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan
menerapkan pada situasi yang baru.
C.
Prinsip-Prinsip
Quantum Teaching
Quantum
Teaching juga memiliki lima prinsip, atau
kebenaran tetap, serupa dengan asas utama. Prinsip ini mempengaruhi seluruh
aspek Quantum Teaching, anggaplah prinsip-prinsip ini sebagai chord dasar dari
simfoni belajar kita. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Segalanya
bicara
2. Segalanya
bertujuan
3. Pengalaman
sebelum pemberian nama
4. Akui
setiap usaha
5. Jika
layak dipelajari maka layak pula dirayakan
D.
Model
Quantum Teaching
Model
quantum teaching hampir sama dengan
sebuah simfni yang terdiri dari dua unsur yaitu: konteks dan isi.
Konteks
adalah latar untuk pengalaman kita. Konteks merupakan keakraban ruang orchestra
itu sendiri (lingkungan), semanagat konduktor dan para pemain musiknya
(suasana) keseimbangan instrument dan musisi dalam bekerja sama, (landasan)
dengan interpretasi sang maestro terhadap lembaran musik (rancangan).
Unsur-unsur ini berpadu dan kemudian menciptakan pengalaman bermusik yang
menyeluruh.
Dalam
seksi konteks, kita akan menemukan semua bagian yang kita butuhkan untuk
mengubah:
1.
Suasana
yang memberdayakan
2.
Landasan
yang kukuh
3.
Lingkungan
yang mendukung
4.
Rancangan
belajar yang dinamis
Isi,
anggaplah lembaran musik itu sendiri sebagai isi, not-not nyata pada sebuah
halaman. Salah satu unsur isi adalah bagaimana tiap frasa musik dimainkan
(penyajian). Isi juga meliputi fasilitas ahli sang maestro terhadap orchestra,
memanfaatkan bakat setiap pemain musik dan potensi setiap instrumen.[2]
Dalam seksi isi, kita akan menemukan ketrampilan penyampaian untuk
kurikulum apapun, disamping strategi yang dibutuhkan siswa untuk bertanggung
jawab atas apa yang mereka pelajari:
1.
Penyajian
yang prima
2.
Fasilitasi
yang luwes
3.
Ketrampilan
belajar untuk belajar
4.
Ketrampilan
hidup
E.
Pengertian
Quantum Learning
Quantum
Learning yaitu proses pembelajaran yang
akrab dan menyenangkan. Oleh karena itu
pembelajaran semacam ini sangat memerlukan guru yang mempunyai sifat
peramah, bukan pemarah. Quantum learning
juga mensyaratkan bahwa seseorang guru
itu haruslah “pleasant to look” (sedap dipandang). Ini tidak berarti bahwa
seorang guru itu harus tampan dan cantik. Perasan sedap dipandang ini akan
membawa pengaruh positif terhadap perasaan siswa, misalnya mereka akan merasa
betah berada di dalam kelas, walaupun pelajaran guru tersebut sudah usai.[3]
Quantum Learning
juga mengandung arti Quick dan Quantity (cepat dan berkualitas).
Bahwasanya proses pembelajaran itu berlangsung cepat sesuai dengan alokasi
waktu yang ditetapkan, namun tetap mencapai sasaran dan tujuan. Pembelajaran
yang cepat dan berkualitas ini sangatlah memerlukan dukungan media
pembelajaran, seperti OHP, gambar, video, CD player, dan sebagainya.
F.
Belajar
tentang Cara Belajar
Sekolah
bisnis Burklyn didirikan pada tahun 1970, di Burklyn, Burke Timur, Vermont,
sebuah seklah dimana orang-orang bisnis tidak belajar banyak tentang teori dan
praktik, tetapi mereka juga membangun rasa percaya diri, merasa lebih berhasil
dalam hidup mereka dan bergembira. Sekolah bisnis yang memperkuat tubuh dan
memperkaya jiwa sekaligus mendidik pikiran.
Hal
yang paling berharga dalam belajar adalah bagaimana cara belajar, dengan alasan
inilah maka minggu pertama dari kurikulum, enam minggu digunakan untuk
mempelajari keterampilan-keterampilan belajar yang mendasar seperti cara
mencatat, menghafal, dan membaca cepat.
1.
Strategi
Quantum Learning
Quantum Learning adalah
seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur.[4]
Quantum Learning berakar dari upaya Dr. George Lozanov, seorang
pendidik kebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebut sebagai
SUGGESTOLORY atau SUGGESTOPEDIA.
Prinsipnya
adalah sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar dan setiap
detail apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif.
Teknik
untuk memeberikan sugesti positif adalah mendudukkkan murid secara nyaman,
memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan prestasi individu,
menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan
informasi dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran
sugesti.
Istilah
lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan suggestology
adalah pemercepat belajar, adalah “memungkinkan siswa untuk belajar dengan
upaya yang mengesankan dengan upaya yang normal.” Dan dibarengi kegembiraan quantum learning mencakup aspek-aspek
penting dalam program neurolinguistik yaitu
suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi.
Program
ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk
menciptakan aliran pengertian antara siswa dan guru.
Tubuh
kita secara fisik adalah materi, sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih
sebanyak mungkin interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energy
cahaya.
Quantum Learning menggabungkan suggestology, teknik pemercepat belajar
dan neurolinguistik dengan teori
keyakinan, termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan
strategi belajar yang lain, seperti:
1.
Teori otak kanan/kiri
2.
Pilihan
modalitas (visual, audiotorial, dan kinestik)
3.
Teori kecerdasan
ganda
4.
Pendidikan
holistik
5.
Belajar
berdasarkan pengalaman
6.
Belajar dengan
simbol
7.
Simulasi/permainan[5]
2.
AMBAK dan Quantum Learning
AMBAK
adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan
akibat-akibat suatu keputusan. AMBAK merupakan singkatan dari “Apa Manfaat
BAgiKu?”
Dalam
banyak situasi, menemukan AMBAK sama saja dengan menciptakan minat dalam apa
yang sedang dipelajari dengan menghubungkannya
dengan dunia nyata. Siswa selalu dapat menemukan sesuatu yang menarik
baginya. Peluangnya adalah bahwa siswa sudah termotivasi mempelajari suatu
informasi untuk beberapa alasan.
AMBAK
motivasi itu benar-benar bersifat pribadi bagi setiap orang yang membaca buku.
Tetapi harus memutuskan bahwa manfaatnya lebih besar daripada waktu dan energi
yang dikeluarkan dan waktu serta energy sangat penting untuk menjadi seorang
pelajar quantum. Mula-mula harus membuat komitmen untuk membuka diri terhadap
teknik-teknik dan latihan-latihan dalam buku yang dibaca dan mempraktikkanya
dengan niat untuk menjadikannya bagian dari hidup. Secara keseluruhan, apapun
tujuan khususnya, AMBAK untuk membaca buku haruslah “karena buku ini bermanfaat
bagiku”.[6]
G.
Menemukan
Gaya Belajar
Gaya
belajar kita adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di
sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika kita menyadari
bagaimana kita dan orang lain menyerap dan mengolah informasi kita dapat
menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah dengan gaya kita.
Cara
belajar kita merupakan hasil dari kombinasi bagaimana kita menyerap lalu
mengatur dan mengolah informasi.
Isyarat
verbal (Visual, Auditorial, dan Kinestetik) dapat membantu kita dalam
menentukan modalitas belajar kita, agar dalam menentukan modalitas belajar
terbaik kita tidak salah arah, maka perlu mengetahui terlebih dahulu
karakteristik-karakteristik pada masing-masing isyarat verbal tersebut, apa
kita atau seseorang itu masuk pada golongan visual, auditorial, dan kinestetik.
Setelah
mengetahui apakah kita termasuk orang visual, auditorial atau kinestetik
selanjutnya adalah bagaimana kita mengolah informasi.
Sistem
identifikasi V_A_K membedakan kita memperoleh informasi. Antony Gregpore,
professor dibidang kurikulum dan pengajaran menyimpulkan adanya dua kombinasi otak,
yaitu:
1. Persepsi
konkrit dan abstrak
2. Kemampuan
pengaturan secara skuensial (linear) dan acak (nonlinear)
Ini
dapat dipadukan menjadi empat kombinasi kelompok perilaku yang disebut gaya
berpikir kita. Gregpore menyebut gaya-gaya ini dengan sebutan: skuensial
konkret, skuensial abstrak, acak konkret dan acak abstrak. Orang yang masuk
dalam dua kategori “skuensial” cenderung memiliki otak kiri sedangkan orang
yang berpikir secara “acak” biasanya termasuk dalam kombinasi otak kanan.
1.
Pemikir
Skuensial Konkret (SK)
Bagi
para SK, realitas terdiri dari apa yang dapat mereka ketahui melalui indera
fisik mereka, yaitu indera penglihatan, perabaan, pendengaran, perasaan dan
penciuman. Mereka memerhatikan dan mengingat realitas dengan mudah dan
mengingat fakta-fakta informasi rumus-rumus dan aturan-aturan khusus dengan
mudah. Makalah adalah baik bagi orang-orang ini untuk belajar.
Pemikir
SK memperhatikan dan mengingat detail dengan lebih mudah, mengatur tugas dalam
proses tahap demi tahap, berusaha mencapai kesempurnaan.[7]
2.
Pemikir
Acak Konkret (AK)
Pemikir
AK mempunyai sikap eksperimental yang diiringi dengan perilaku yang kurang
terstruktur. Mereka berdasarkan pada kenyataan, tapi ingin melakukan pendekatan
coba salah (trial and error).
Mereka
mempunyai dorongan kuat untuk menemukan alternatif dan mengerjakan segala
sesuatu dengan cara mereka sendiri, waktu bukanlah segala prioritas bagi
orang-orang AK. Mereka lebih terorientasi pada proses daripada hasil. Akibatnya
proyek-proyek sering kali tidak berjalan sesuai dengan yang mereka rencanakan
karena kemungkinan-kemungkinan yang muncul dan yang mengundang eksplorasi
selama proses.
3.
Pemikir
Acak Abstrak (AA)
Dunia
nyata untuk pemikir AA adalah dunia perasaan dan emosi. Mereka tertarik pada
nuansa dan sebagian lagi cenderung pada mistisme. Pikiran AA menyerap ide-ide,
informasi dan kesan serta mengaturnya dengan refleksi. Mereka mengingat dengan
sangat baik jika informasi dipersonifikasi. Perasaan juga dapat lebih
meningkatkan atau memengaruhi belajar mereka.
Pemikir
AA mengalami peristiwa secara holistik, mereka perlu melihat keseluruhan gambar
sekaligus. Dengan alasan inilah mereka akan terbantu jika mengetahui bagaimana
segala sesuatu terhubung dengan keseluruhannya sebelum ke dalam detail.
4.
Pemikir
Sekuensial Abstrak (SA)
Realitas
bagi para pemikir SA adalah dunia teori metafisis dan pemikiran abstrak. Mereka
suka berpikir dalam konsep dan menganalisis informasi. Pemikir SA berpikir
dalam konsep dan menganalisis informasi. Mereka adalah para filosof dan ilmuwan
peneliti ternama.[8]
H.
Berpikir
Kreatif
Orang
berpikir selalu akan ingin tahu, ingin mencoba-coba, berpetualang suka
bermain-main, serta intuitif dan setiap orang mempunyai potensi untuk menjadi
orang kreatif.
Orang
kreatif menggunakan pengetahuan yang dimiliki dan pengetahuan orang lain
kemudian memperkuat terobosan/lompatan yang memungkinkan mereka memandang
segala sesuatu dengan cara yang baru yang belum mereka alami sebelumnya. Dengan
demikian, diperlukan kemampuan menyerap informasi baru kemudian tampil dengan
solusi-solusi untuk berbagai tantangan.[9]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Quantum Teaching
adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Dan Quantum Teaching juga menyertakan segala
kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan
dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka
belajar. Quantum Teaching mencakup
petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang
kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar.
Quantum
Learning yaitu proses pembelajaran yang
akrab dan menyenangkan. Oleh karena itu
pembelajaran semacam ini sangat memerlukan guru yang mempunyai sifat
peramah, bukan pemarah. Quantum learning
juga mensyaratkan bahwa seseorang guru
itu haruslah “pleasant to look” (sedap dipandang). Ini tidak berarti bahwa
seorang guru itu harus tampan dan cantik. Perasan sedap dipandang ini akan
membawa pengaruh positif terhadap perasaan siswa, misalnya mereka akan merasa
betah berada di dalam kelas, walaupun pelajaran guru tersebut sudah usai.
DAFTAR PUSTAKA
Bobby DePorter Dkk. Quantum Teaching: Orchestrating Student
Succes. Bandung: Mizan Pustaka. 1999.
Bobbi
DePorter dan Mike Hernacki. Quantum
Learning. Bandung: Penerbit Kaifa. 1999.
Yatim
Riyanto. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. 2009.
Zainal Aqib. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya:
Percetakan Insan Cendekia. 2002.